Oleh: Yuni Indawati
Sesungguhnya Allah swt. telah memperlihatkan kepada setiap mata manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran dari kejadian di Palestina. Bahwa yang hak dan batil itu tidak dapat disatukan, seperti yang terjadi di Palestina hingga saat ini. Pembantaian yang tak kunjung usai hingga dinyatakan sebagai genosida terparah sepanjang sejarah.
Ini adalah buah dari sistem kapitalis yang senantiasa mengambil keuntungan dan kesempatan di berbagai situasi dan kondisi. Untuk melanggengkan pembantaian ini, zionis melakukan uji coba alat-alat persenjataan kepada umat muslim Palestina. Tak terkecuali, siapa pun terkena dampaknya. Ini bisa disebut dengan wisata tembak, karena seolah-olah nyawa itu tidak ada harganya.
Jelas ini menyalahi aturan. Bukan hanya asas kemanusiaan. Bahkan dalam Islam, satu nyawa seorang muslim lebih berharga dari pada hancurnya Ka'bah dan seisi dunia ini. Rasulullah Saw telah memberikan contoh kepada kita bagaimana cara memanusiakan manusia serta manusia itu dapat memegang teguh akidah dan keimanannya, yaitu dengan cara memahami ilmu agama dan menerapkannya.
Rasulullah telah mendidik para sahabat untuk menjadi manusia yang berkepribadian tangguh dan memiliki akal pemikiran yang cemerlang, dapat mengindera fakta yang kemudian diolah di dalam pemikirannya untuk dijadikan suatu perbuatan yang akan dia terapkan dalam kehidupannya serta untuk berinteraksi dengan yang lain. Hal ini akan menjadi sebuah amal sholih dalam kehidupannya.
Akan tetapi, manusia juga tidak luput dari dosa dan salah, dimana dengan kesalahan itu manusia dapat mengambil pelajaran yang bisa ia petik untuk beramal lebih baik lagi. Dengan itu Allah SWT lebih sayang dan lebih cinta kepada seorang hamba yang pernah berbuat salah tetapi dia beristigfar dari pada seorang hamba yang tidak pernah melakukan kesalahan kemudian ia merasa sombong dan merasa benar. Karena di sinilah letak ujian kesabaran dan keikhlasan seseorang yakni diuji dari berbagai kondisi supaya hati ikhlas dan bersih, sehingga amalan ini akan dicintai oleh Allah swt.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar