Sistem Islam Ciptakan Kerukunan Hakiki


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Konflik antara organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila dan GRIB (Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu) Jaya di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (14/1) mengakibatkan beberapa anggota dari kedua pihak mengalami luka. Pokok persoalannya diduga terkait eksistensi salah satu ormas.

Berdasarkan pengamatan, insiden ini berlangsung di Jalan Raya Blora-Rembang, tepatnya di perempatan Karangjati Blora, di depan markas ormas Pemuda Pancasila. Terlihat bahwa kendaraan milik Pemuda Pancasila mengalami kerusakan yang cukup parah. Anggota ormas Pemuda Pancasila dilaporkan kalah jumlah dibandingkan dengan anggota ormas GRIB Jaya saat bentrokan berlangsung.

Kejadian yang menegangkan ini menjadi viral di media sosial dan menarik perhatian banyak orang yang melintas di jalan tersebut. Selain di perempatan Karangjati Blora, bentrokan juga terjadi di Jalan Raya Ngawen - Kunduran, tepatnya di Desa Klokah, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Dari video amatir yang beredar, terlihat sekitar empat anggota Ormas GRIB Jaya mengalami luka, beberapa di antaranya berlumuran darah.

Untuk mencegah situasi semakin memburuk, banyak anggota TNI dan Polri dikerahkan ke lokasi. Sebelumnya, ratusan anggota GRIB Jaya dari berbagai daerah di Jawa Tengah telah berkumpul di Kabupaten Blora. Mereka sempat berkumpul di Alun-alun Blora sebelum menuju markas Polres Blora untuk melaporkan Ketua ormas Pemuda Pancasila Blora, Munaji.

Sehari sebelum kejadian tersebut, sekitar 70 anggota ormas Pemuda Pancasila menyerbu markas ormas GRIB Jaya yang terletak di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Munaji, selaku Ketua Pemuda Pancasila Blora, menyatakan ketidaksukaan mereka terhadap keberadaan GRIB di wilayah tersebut yang dianggap ilegal dan menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Dia menekankan penolakannya terhadap keberadaan GRIB Jaya di Kabupaten Blora dan mengancam akan mengambil tindakan jika ormas tersebut tetap ada.

Sementara itu Sugiyanto, Ketua DPC GRIB Jaya Blora, menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya memiliki legalitas yang sah. Menurut Sugiyanto, ormas yang dipimpin oleh Herchules ini sudah memiliki sekitar 750 anggota di Blora, meskipun keberadaannya baru sekitar tiga bulan. Lebih lanjut, Sugiyanto mengungkapkan rasa herannya terhadap ormas Pemuda Pancasila yang tampaknya tidak ingin GRIB Jaya beroperasi di Blora. Dia menegaskan bahwa dirinya tidak akan terprovokasi oleh kehadiran ormas tersebut.

"Mau membubarkan dasarnya apa saya juga ndak tahu. Makanya anggota ya silent silent aja. Jadi untuk anggota saya sementara tidak akan terpancing itu. Karena itu hanya membuat keributan saja. (Legalitas) resmi, semuanya 100 persen sudah ada," pungkasnya. (Liputan6 online, 15/1/2025).

Sungguh kondisi ini sangat tidak baik. Mengingat fungsi ormas adalah untuk menjaga nilai-nilai agama dan kepercayaan, melestarikan norma, etika, dan budaya. Juga untuk menjaga ketertiban umum dan kedamaian, serta menjaga persatuan dan kesatuan. Namun apa yang dipertontonkan kepada masyarakat justru sebaliknya. Konflik yang terjadi dipicu karena eksistensi dan keegoisan.

Apalagi sudah menjadi rahasia umum pucuk pimpinan ormas yang bersangkutan sedang bersengketa berebut gelar "pahlawan demokrasi". Sistem demokrasi kapitalisme yang menuhankan materi dan menjauhkan agama dari kehidupan menjadikan hal tersebut wajar adanya, dan pasti akan terjadi. Saling serang, saling menyalahkan. Tidak ada kawan sejati, tidak ada lawan sejati, yang ada hanya kepentingan sejati. Demi mencapai kepentingan, kawan bisa jadi lawan, lawan pun bisa jadi kawan. Semua selalu mengatasnamakan rakyat meski sebenarnya hanya demi kepentingan kelompoknya.

Tidak adanya pengaturan yang benar dari negara menjadikan orang-orang berlindung di bawah payung ormas. Sistem demokrasi kapitalisme menganut faham sekuler sehingga apapun bebas dilakukan. Karena sistem ini menggunakan aturan buatan manusia, tak ayal semua bisa diotak-atik sesuai kepentingan. Tak jarang masyarakat justru tidak nyaman dengan kesemena-menaan ormas yang katanya bertujuan menciptakan kenyamanan.

Semua ini berawal pula dari penerapan sistem pendidikan yang juga kapital. Generasi muda dijauhkan dari agama, maka pantas mereka tidak mengenal tujuan hidup yang sebenarnya. Ditambah suguhan berita dan informasi dari dunia begitu mudah diakses menjadikan trend penghakiman begitu merajalela. Ormas pun ikut andil di dalamnya.

Berbeda dengan sistem Islam. Orientasi pendidikan dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari paradigma Islam. Dalam pandangan Islam, pendidikan adalah hak semua individu. Negara harus memenuhi kebutuhan tersebut dengan pelayanan yang maksimal. Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Tujuan pendidikan dalam sistem Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islam (syakhshiyah Islamiah) dan membekalinya dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan dirancang untuk·merealisasikan tujuan tersebut. Setiap metode yang berorientasi bukan kepada tujuan tersebut dilarang (Syekh Abu Yasin, Usus at-Ta’lim fi Daulah al-Khilafah, hlm. 8).

Strategi pendidikan Islam bertujuan membentuk pola pikir dan pola sikap Islam. Seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan disusun atas dasar strategi tersebut. Dengan demikian, Islam melahirkan generasi berkualitas dari sisi kekuatan iman dan kemampuan akademik, yakni memadukan iman, takwa, dan ilmu pengetahuan dalam satu paket lengkap kurikulum berasas akidah Islam.

Pendidikan semacam ini akan melahirkan generasi cemerlang pemimpin peradaban yang mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Dengan penerapan pendidikan Islam tidak akan ada lagi pemuda yang berkonflik demi eksistensi level rendah, yaitu level nasional, regional, kesukuan, apalagi hanya sekedar kelompok/organisasi. Mereka akan disibukkan oleh kegiatan demi eksistensi dirinya di hadapan Sang Pencipta sebagai tanda penghambaan terhadap-Nya juga eksistensi dirinya demi diakui sebagai umat Rasulullah Saw., bukan sekedar mengakui secara sepihak.

Apalagi sebagai sesama muslim terikat oleh ikatan kerukunan yang kuat, yaitu ikatan akidah dimana sesama muslim bagaikan satu tubuh. Rasulullah Saw. bersabda: 
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادَّهِمْ وَتَرَاحْمِهِمْ وَتَعَاطَفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, berkasih-sayang dan tolong-menolong di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika ada satu bagian tubuh mengalami sakit maka sekujur tubuh juga ikut merasakannya dengan tidak dapat tidur dan merasakan demam." (HR. Muttafaq 'alaih).

Hanya saja pendidikan Islam tidak dapat dilaksanakan dalam sistem yang lain selain sistem Islam. Oleh sebab itu mari bersama-sama kita campakkan sistem rusak demokrasi kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam dengan cara mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis.

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar