Oleh : Dikara Nur Izabah (Mahasiwi Sumedang)
Rumah, seharusnya menjadi tempat pulang yang paling nyaman dan aman setelah kita beraktivitas di luar karena di dalam rumah kita harusnya merasakan kehangatan dan cinta kasih keluarga. Akan tetapi, masih banyak orang yang tidak merasakan kehangatan itu. Terkadang rumah bagaikan neraka, hal ini dikarenakan hubungan antara anggota keluarga tidaklah harmonis. Misalnya, kepribadian setiap anggota keluarga yang buruk, enggan mengalah, tidak saling memahami, hal ini akan menjadi racun bagi keluarga (Toxic Family).
Komunikasi yang buruk akan selalu menghadirkan perdebatan bahkan untuk hal yang kecil. Kurangnya kepercayaan dan rasa hormat antar anggota keluarga. Belum lagi masalah keuangan yang bisa berujung KDRT. Maka apabila kehangatan dan cinta kasih dalam keluarga telah hilang, akan hilang pula kenyamanan dan keamanan di dalam rumah. Hal ini akan memicu seseorang untuk mencari kenyamanan di luar rumah, seperti perselingkungan orangtua, anak terjerumus pergaulan bebas, dan puncaknya kehancuran keluarga adalah perceraian.
Wajar memang jika sebuah keluarga diterpa badai dan prahara rumah tangga karena jalan mengarungi bahtera rumah tangga tidaklah selalu mulus, pasti ada kerikil bahkan batu besar yang harus dilewati. Namun ketahanan keluarga harus tetap kokoh agar keluarga tetap bahagia. Akan tetapi manusia mempunyai musuh bebuyutan yang salah satu misi terbesarnya adalah menghancurkan ketahanan sebuah keluarga dan memisahkan suami dengan istrinya, dialah setan. Said bin Musayyib berkata, “Strategi setan sebelum menikah dan setelah menikah berbeda. Sebelum menikah, mendekatkan laki-laki dan wanita (pacaran) kemudian berakhir pada kemaksiatan. Namun, ketika telah menikah, strategi setan memisahkan suami dan istri.”
Namun, setan bukanlah satu-satunya alasan kenapa keluarga tidak harmonis bahkan hancur. Jika keluarga dilandasi keimanan yang kuat maka godaan setanpun bisa dihalau bersama-sama dengan izin Allah. Akan tetapi, kebanyakan keluarga hancur di masa sekarang ini juga disebabkan karena sistem yang diterapkan dalam kehidupan adalah sistem kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Dalam sistem kapitalisme ini banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh penguasa. Seperti ekonomi yang biasanya menjadi faktor terkuat dalam kehancuran sebuah keluarga, lapangan pekerjaan sedikit sehingga ayah tidak bisa menafkahi keluarga dengan maksimal. Harga kebutuhan pokok makin hari makin melonjak naik. Dalam politik, negara menerapkan sistem kapitalisme sekuler yang memusuhi agama islam, melupakan, menjauhi, enggan menerapkan dan mempelajari ajarannya. Bagaimana bisa melawan godaan setan yang ingin menghancurkan keluarga dengan iman, sementara islamnya pun tidak diterapkan?. Jika negara tidak menerapkan aturan islam, maka individu masyarakat pun akan menyepelekan ajaran islam.
Padahal islam adalah landasan kehidupan, islam mengatur segala urusan dan menyediakan solusi bagi setiap masalah termasuk masalah keluarga. Dalam menyelesaikan masalah, islam memiliki keterpaduan antara masalah yang satu dengan masalah yang lainnya. Sehingga wajar dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keluarga pun harus menyelesaikan urusan ekonominya juga, politiknya juga, pendidikannya juga, dan lainnya di seluruh aspek kehidupan. Maka dari itu, Allah menyuruh manusia untuk masuk kedalam islam secara Kaffah (Menyeluruh) "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208).
Maka mulai dari sekarang, jadikanlah islam sebagai pilar keluarga dan landasan dalam menjalankan kehidupan. Agar dapat menyelesaikan segala masalah pelajarilah islam secara kaffah. Perjuangkanlah penerapan syariat islam dalam segala aspek kehidupan. Dan untuk menerapkan syariat islam dalam segala aspek kehidupan haruslah ada sistem yang menaungi yaitu sistem islam.
Wallahu a'lam bish-shawwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar