Oleh : Cindy Y.Muthmainnah (Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali)
Pada hari Jum'at tanggal 15 April 2022 komplek Masjid Al Aqsa kembali diserang oleh Israel. Bulan Ramadhan yang mulia inipun dibarengi dengan duka akibat tindakan Israel tersebut.
Menyedihkannya dunia seolah diam membisu. Warga Palestina dengan perjuangan mempertahankan wilayah negeri kaum muslimin diidentikkan dengan gerakan terorisme. Tiada yang secara tegas berani bersuara apalagi membantu. Walau kecaman dinyatakan tapi tidak ada aksi ril menyelamatkan Palestina yang sudah terjajah berpuluh-puluh tahun lamanya.
Akan tetapi, dunia berbeda sikapnya terhadap Ukraina yang diserang Rusia. Ukraina diposisikan sebagai pihak yang terdzolimi dan perjuangan mereka banyak mendapat dukungan dunia. Sebut saja AS, IMF, Eropa dan PBB berada pada posisi yang tegas, mereka memberi sanksi kepada Rusia. Misalnya saja AS tidak setuju bila dalam kegiatan pertemuan G20 di Indonesia mendatang Rusia hadir.
Permasalahan Palestina memang tidak bisa diserahkan kepada lembaga lembaga barat hari ini untuk menyelesaikannya. Hal itu disebabkan barat sudah punya sudut pandang bahwa Palestina dan perjuangan rakyatnya adalah aksi terorisme yang harus diredam. Mereka menyederhanakan masalah seolah 2 negara ini berebut batas wilayah dan memberikan solusi two state, atau negaranya berdiri masing-masing tanpa saling mengganggu. Padahal solusi tersebut esensinya bukan menyelesaikan masalah tapi memberikan secara resmi tanah kaum muslimin menjadi milik Israel.
Sesungguhnya solusi paripurna untuk Palestina adalah adanya pemimpin kaum muslimin yang berani menyatakan perang dan memobilisasi militer membela Palestina melawan Israel, buka sekedar mengecam. Pemimpin itu tidak akan ada selama mereka masih berkiblat dan menjadikan barat sebagai tuannya atau pihak yang diseganinya. Maka sesungguhnya yang dibutuhkan Palestina bukan uluran tangan barat, bukan juga sekedar kiriman obat atau makanan dan minuman karena itu hanya akan meredakan sementara waktu. Agresi militer Israel terhadap Palestina akan tetap berjalan selama kaum muslimin belum memiliki satu kepemimpinan untuk seluruh dunia, yang dia akan menjadi pelindung dan akan umumkan jihaad bagi siapapun yang mengambil sejengkal tanah kaum muslimin.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bersama memperjuangkan kembalinya kepemimpinan umum untuk kaum muslimin di seluruh dunia di bawah institusi Khilafah Islamiyah.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar