Oleh : Yuliana Suprianti (Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali)
Rakyat Indonesia akan menggelar pesta demokrasi Pemilu 2024 yang terdiri atas Pilpres 2024, Pileg 2024, dan Pilkada 2024. Pemilu serentak ini adalah pertama dalam sejarah RI dan menyedot anggaran hingga Rp76 triliun. Dalam pemilu 2024 mendatang, generasi muda berusia usia 22-30 tahun akan mendominasi pemilih secara nasional, dengan porsi 56%, atau sekitar 114 juta. Separuh dari mereka akan menjadi pemilih pemula.
Harapan perubahan selalu ada dalam setiap momen pergantian pemimpin. Namun, tidak pula bisa dipungkiri bahwa adanya taraf pemikiran yang rendah di kalangan masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah berakibat pada munculnya sikap apolitis bahkan pragmatis termasuk kalangan generasi muda saat ini. Generasi muda yang lebih dominan ke arah kehidupan pribadi apalagi yang telah terjebak arus food, fun, fashion akan cenderung menjadi pribadi yang apolitis yakni tidak terlalu ambil pusing dengan politik karena itu perkara yang berat, maka jadilah mereka hanya mengikuti arus semata. Di sisi lain,masih ada di tengah generasi muda ada juga yang memiliki kepedulian terhadap nasib bangsa ini, sehingga mereka memiliki satu pandangan tersendiri untuk mengarah pada perubahan yang diharapkan hanya saja perubahan tersebut masih pada tatanan pergantian pemimpin, inilah yang melahirkan pribadi yang pragmatis.
Lalu seperti apa harusnya masyarakat berfikir, khususnya generasi muda saat ini? Sebagai seorang muslim, menjadikan islam sebagai basic dalam tingkah laku adalah sebuah keharusan. Islam adalah jalan hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk masalah memilih pemimpin. Pengaturan islam dalam memilih pemimpin sangat berbeda dengan pengaturan yang banyak dikenal hari ini. Mulai dari tujuannya hingga tatacaranya. Hadirnya seorang pemimpin di dalam islam adalah untuk menaati Allah dan Rasul-Nya dalam menjalankan kepemimpinannya. Artinya, kekuasaan yang dimilikinya digunakan untuk menjalankan Perintah dan larangan Allah SWT. Aturan Allah inilah yang saat ini telah tergantikan oleh aturan buatan manusia atas nama kedaulatan di tangan rakyat. Sehingga, sebaik apapun pemimpin yang terlihat nantinya dia akan tetap menjalankan sistem yang salah selama masyarakat tidak mengganti sistem ini dengan sistem islam.
Memang, mengganti sistem butuh perjuangan yang tidak mudah namun bukan berarti tidak bisa. Pergantian sistem tidak bisa diupayakan dengan masuk ke dalam sistem itu sendiri karena dalam sistem ini kebathilan masih diperjuangkan juga oleh para pengusungnya dengan masuk ke dalam sistem tersebut. Kaum Muslim harusnya menyadari bahwa ada teladan terbaik yang harusnya mereka contoh dalam merubah sistem yakni baginda Rasulullah SAW. Sistem jahiliyah diganti dengan sistem islam melalui dakwah pemikiran. Aktivitas dakwah inilah yang mampu merubah masyarakat sehingga masyarakat merindukan untuk diatur oleh islam dan dipimpin oleh penguasa yang menjalankan islam. Inilah yang harusnya menjadi jalan perubahan yang ditempuh oleh kaum Muslim. Jalan perubahan ke arah islam demi tegaknya aturan islam secara sempurna. Sehingga perubahan bukan lagi menjadi angan-angan dan pemilihan pemimpin bukan lagi sebatas euforia belaka.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar