Oleh: Rusmiati (Aktivis Muslimah Bali)
Di sistem kapitalis sekuler ini manusia dijauhkan dari akidahnya, sehingga apapun pangkat dan gelar seseorang, serta setinggi apapun IQ yang dimiliki, tidak bisa menjamin keimanan seseorang itu untuk dapat diinternalisasikan dalam kehidupannya, karena iman itu dapat dibuktikan dan diwujudkan jika seseorang itu memiliki pemikiran yang berlandaskan dengan Al Qur'an dan hadist, sehingga setiap perbuatan dan keputusannya dalam menyelesaikan problema kehidupannya itu harus berlandaskan dengan pemikiran yang islami dan perasaan yang ikhlas karena Allah swt.
Banyak sekali kejadian yang sudah tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasulullah. Terutama di kalangan pemegang kekuasaan dan pelaksana hukum. Entah kepala negaranya atau para ajudan di bawahnya. Termasuk kepolisian yang saat ini menjadi sorotan publik.
Polisi yang mengemban tugas melindungi dan menjaga keamanan serta menegakkan hukum, nyatanya sudah keluar dari relnya. Framing buruk telah tersemat di tubuhnya. Elektabilitasnya menurun di mata masyarakat. Mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, bahkan mereka banyak melanggar aturan yang telah dibuat.
Ini semua terjadi bukan tanpa alasan. Alasan terpenting karena pemikirannya itu tidak dilandasi dengan pemikiran yang islami dan hati yang ikhlas, sehingga tidak muncul keimanan yang kuat dalam diri yaitu rasa takut kepada Allah swt ketika melanggar dan berbuat zalim.
Sedangkan rasa takut kepada Allah swt., itu harus berdasarkan kepada dua syarat yaitu memiliki ilmu Islam di dalam pemikirannya dan memiliki perasaan yang ikhlas karena Allah swt., dalam setiap aktivitasnya, Inilah yang dapat menumbuhkan rasa keimanan semakin kuat dalam diri serta terealisasikan dalam kehidupan.
Namun, jika sistem kapitalis ini masih tetap diemban, mereka tidak akan mampu memperbaiki keadaan sedikit pun. Krisis akidah itu sangat memprihatinkan, ketidakamanahan merajalela, yang baik pun ikut terbawa jika berada di sistem rusak ini.
Berbeda dengan sistem Islam, mereka akan melindungi dan mengayomi, serta membimbing kepada setiap insan agar menjadi seorang hamba yang bertakwa serta senantiasa amanah dalam mengemban segala tugas dan tanggung jawabnya.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar