Oleh : Jessy Tiara Putri
Setiap jiwa yang bernafas, yang diberikan kehidupan. Pasti memiliki berbagai macam ujian. Mulai dari berupa kekurangan harta, terguncangnya hati, kehilangan orang yang dicinta atau pekerjaan dan lain sebagainya. Itu semua sudah menjadi hal yang sunatullah bahwa setiap manusia yang mengaku beriman pasti diuji oleh Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah 2: 155)
Namun, jangan sampai kita menjadi berputus asa dengan ujian ini, sebab ujian tersebut ada karna untuk menempa kita agar menjadi hamba-Nya yang berkualitas, selain itu juga menjadi ladang pahala yang insyaallah akan menjadi bekal di Yaummil Hisab. Dan setiap ada kesulitan itu pasti disertai kemudahan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah : 5-6)
Segelap-gelapnya jalan dihadapan-pun pasti ada secercah cahaya yang mampu menuntun kita agar sampai pada tujuan. Hal tersebut yang bisa kita tarik kesimpulan, bahwa solusi dalam setiap kesulitan akan muncul ketika dicari. Dan akan semakin gelap ketika meratapi atau bahkan malah merutuki nasib.
Dan seburuk-buruknya aib adalah mereka yang ridho dengan kelemahan diri. Hanya berdiam di zona nyaman, seperti seekor katak dalam tempurung kelapa.
Misalnya : aku lemah dalam membaca, lalu aku membiarkan diri buta ilmu tanpa mencari jalan lain untuk tetap mendapatkan ilmu agama. Padahal jika mau diusahakan, ada jalan lain yang bisa dilakuka yaitu dengan mendengarkan, menonton dan lain sebagainya.
Lalu, apa penyebab seseorang tidak memaksakan atau mengusahakan diri untuk terus menunaikan salah satu kewajibannya ini, yaitu menuntut ilmu? Sebab tidak menyadari bahwa diri ini lemah, terbatas dan membutuhkan ilmu. Kemudian mengabaikan setiap seruan yang ada disekitar, tanpa tergeraknya untuk menunaikan apalagi menyebarkannya.
Lantas, bagaimana agar seseorang sadar akan kewajiban tersebut? Yaitu dengan merangkul dan mengajaknya untuk ikut berkumpul dalam "circle" yang sehat. Sebab seburuk-buruknya akhlak seseorang, pasti ada getaran didalam hatinya yang ingin menjadi lebih baik hanya saja belum bertemu dengan seseorang yang mampu merangkulnya tanpa memukul. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban orang-orang yang sudah faham untuk bisa menyadarkan orang-orang disekitarnya.
Dan untuk yang belum sadar akan kewajibannya dianjurkan untuk memaksakan diri keluar dari zona nyamannya, circle buruknya. Karena Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah diri mereka sendiri
Jadi, yuk rapatkan barisan. Siarkan Islam dengan rangkulan yang menenangkan. Karna fitrahnya Islam adalah benar, dan fitrahnya manusia yaitu akan selalu mencari kebenaran.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar