Oleh : Hana Salsabila Ar Rosyidah (Anggota Komunitas Setajam Pena)
Narasi khilafah memang tak ada habisnya. Penuh dengan pro-kontra dan tak pernah lelah orang membahasnya. Dengan kemunculan sebuah film dokumenter ternama, bersejarah dan terepik, "Jejak Khilafah Di Nusantara", opini Khilafah semakin mencuat. Bahkan menjadi trending jagad maya, dan semakin memblow up sekian banyak pikiran masyarakat. Begitupun semakin gencar pula para pembenci dan penghalang rencana Allah ini.
Sejarah telah mencantumkan namanya menjadi tonggak negara peradaban dunia paling gemilang. Peradaban yang pernah menjadi negara penuh adidaya, yang menjadikan setiap orang terpukau dan terpana saat mendengar dan membayangkannya. Peradaban yang mencetak generasi emas, para ilmuwan dan ulama terkemuka lahir di masa kekhilafahan.
Namun silih waktu berganti, khilafah telah tiada dan hanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi siapapun yang mengingatnya. Mengingat bagaimana kaum otoriter menghancurkan negara khilafah dengan siasat nya yang begitu licik, dan hanya menyisakan bekas peninggalan. Yang lebih menyakitkan lagi, mereka dengan sengaja memutarbalikkan fakta sejarah bahwa dihancurkannya institusi khilafah bertujuan sebagai kemerdekaan sekaligus revolusi. Agar umat Islam tak lagi mengenal jati dirinya dan tak lagi mengenal sejarahnya.
Qadarullah, Allah tak pernah membiarkan hamba-hambanya kebingungan begitu saja. Meski upaya untuk memutarbalikkan fakta tentang kehancuran khilafah dilakukan, tetap saja catatan sejarah tak mampu menipu dan akan menguak fakta yang sebenarnya. Ditambah dengan bangkitnya berbagai gerakan revolusi dari beberapa kelompok umat Islam, maka hal itu menyadarkan kembali pada seluruh umat Islam untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Mereka bangkit untuk membangun kembali khilafah yang telah hilang selama ±98 tahun lamanya, setelah kehancurannya pada 3 Maret 1924.
Beberapa usaha telah digencarkan, tapi tetap tak luput dari yang namanya "rintangan". Para kaum penentang dengan siasat liciknya membodohi umat Islam bahwa khilafah tak lebih hanya sekedar kepentingan kelompok belaka. Hingga akhirnya beberapa kaum Muslim termakan opini tersebut dan ikut menghalang-halangi bangkitnya khilafah.
Meski demikian, masih banyak pula umat Islam yang "waras" dan tidak termakan opini begitu saja. Sehingga mereka pun mulai mencari tahu apa itu khilafah. Hingga akhirnya ikut memperjuangkan bangkitnya khilafah begitu tahu tentang fakta khilafah pada masa dahulu dan kewajiban atasnya.
Maka disinilah, konsep "Wa makaruu wa makarallah" (Dan mereka membuat tipu daya, maka Allah timpakan kembali tipu daya itu) berlaku. Ketika ajaran Allah dan Syari'at Allah dihalangi, dipersekusi para pejuangnya, maka pertolongan Allah akan datang. Karena tak mungkin hamba yang dengan sombongnya menentang Allah dibiarkan HIDUP DI BUMI ALLAH. Maka jadilah salah satu pejuang bukan penghalang, karena kita hanya menumpang hidup di bumi Allah dan hidup hanya untuk mengabdi kepadanya. Wallahua'lam bish-showab. []
0 Komentar